Saturday, 24 March 2012

LAUT MERAH



maka apabila telaga kenistaan ini dihayati di luar keheningan batinnya
Upacara-upacara kematian akan bergulir layaknya bulir-bulir penyesalan
Sepasang sayap airmata dan waktu yang bangkit di lembah-lembah
Selanjutnya, kemudian,

Terciptalah cahaya dari sepasang matamu
Yang menggiring kabut menjauhi semesta dadaku
Dan pagi segera mengutus senandung embun
Sewaktu kerinduanku turut meliuk-liuk
menggoyang pelipis sungai

Maka aku, laut merah penjara abadimu
Terhampar dari rasa jiji kisah-kisah keangkuhan dan muncratnya
Darah. merah, seperti itulah bentuk perumpaman kemanusiaan kita
Diabadikan keruncingannya, dalam segenggam warna

Maka pukullah tongkat keramat itu di jantungmu, pukullah !
Layaknya tinta mendera hari-hari dan kitab-kitab pusakamu, pukullah !
Layaknya burung hudhud menasbihkan amanat-amanat rasa cintamu, pukullah !
Pada batu-batu di jantungmu,

Sampai ketika seluruh penghuni malam
Menyerahkan dirinya ke balik wajah langit
Dan menyerbu air mataku dengan sebuah doa
Pada basah bibirmu kuserahkan kembali
Amanat panjangmu berupa jejak burung-burung
Yang tertumpuk di atas bayangan pohon tua
Yang terbakar waktu dan peradaban

Maka dua sejoli makna dan kalimat suci itu akan bertakbir
Dan bersembahyang pada hati dan lembah-lembah rokaat waktu
Maka keheningan akan memenggal segala bentuk berhala keangkuhanmu
Sehingga harta benda yang berlimpah ini adalah azal, adalah medan waktu
Yang sesaat lagi akan memberi kado ajaib berupa kesementaraan tahta
Dan keabadian rute panjang perjalananmu

Dan sebagai debu yang lebih lekat dalam luka
Sebagai sesama butir-butir darah yang membeku
Dunia, Akulah anak dari keretakan zamanmu
Dunia, lagi-lagi kau terjemahkan gelap ini
Pada keindahan runcing mata pisau.

2011


*
spesial untuk Trumbu Karang Alam
ini salah satu koleksi puisiku tentang laut,
selamat menikmati,,rawatyah, puisi aku,
Ilafat Salamandra : saudaraku ::
07:04:2012 pukul : 22:53



.

No comments:

Post a Comment